
Depresi Saat Hamil, Apakah Perlu Mendatangi Psikiater?
admin
- 0
- 41
Berdasarkan studi terbaru di Inggris menemukan hasil bahwa wanita muda pada generasi sekarang memiliki kecenderungan 51% lebih sering terjadi depresi saat kehamilan dibanding generasi wanita di tahun 1990an. Dari penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa peningkatan prevalensi depresi pada wanita hamil merupakan masalah kesehatan yang signifikan dan berimplikasi bagi generasi sekarang serta yang akan datang. Selain itu untuk data angka depresi pada wanita pasca melahirkan, penelitian oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengemukakan bahwa 1 dari 8 wanita mengalami depresi pasca melahirkan. Mengapa bisa muncul depresi saat hamil? Yuk cari tahu jawaban selengkapnya bersama Bumame lewat artikel ini!
Baca Juga: Pahami Risiko Hamil di Usia 35 Tahun Ke Atas
Mengapa ibu hamil sekarang rentan mengalami depresi?
Pengalaman depresi saat hamil juga pernah dialami oleh penyanyi berkebangsaan Amerika Serikat, yaitu Britney Spears. Hal itu dialami oleh Britney pada kehamilan anak pertama dan keduanya.
Depresi dapat menyebabkan gejala berat yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Secara umum, depresi menyebabkan keterbatasan utama di seluruh dunia bagi individu untuk melakukan fungsinya, terutama kemampuan untuk pergi bekerja. Terlebih bagi seorang ibu hamil, kondisi ini tidak hanya berakibat bagi dirinya saja, melainkan juga akan mempengaruhi janin yang sedang dikandung. Oleh karena itu, isu kesehatan mental bagi ibu hamil tentu merupakan topik penting yang perlu diketahui.
Salah satu alasan peningkatan depresi saat mengandung pada wanita di zaman sekarang adalah kebutuhan biaya hidup yang lebih mahal bila dibandingkan generasi pendahulu. Hal tersebut membuat tekanan di zaman sekarang lebih besar daripada sebelumnya. Pada era sekarang, semakin banyak pula wanita yang bekerja sambil memiliki anak. Kehidupan hari ini juga modern dan lebih cepat membuat tidak cukupnya waktu untuk beristirahat dan memperlambat tempo untuk menikmati hidup.
Terlebih adanya peran dari media sosial yang memungkinkan orang untuk dengan mudah mengetahui kehidupan orang lain. Kemudahan akses teknologi memungkinkan untuk menuntut diri sendiri memenuhi ekspektasi eksternal. Selain hal di atas, ternyata tekanan karir ditambah kurangnya dukungan dari keluarga juga turut berkontribusi pada tingginya tingkat depresi bagi ibu. Dinamika kehidupan yang berbeda inilah yang diduga menjadi faktor terbesar timbulnya ketimpangan kondisi stres mental bagi ibu hamil zaman sekarang dibanding masa dahulu.
Baca Juga: Pahami Pentingnya Asam Folat untuk Ibu Hamil!
Apa saja gejala depresi?
Gejala depresi umumnya adalah perasaan sedih yang biasanya menghilang dalam beberapa hari. Namun depresi juga dapat menimbulkan gejala gangguan hati serius yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan pada suatu waktu.
Beberapa orang mungkin mengalami gejala yang ringan, sementara lainnya dapat mengalami gejala berat. Seberapa sering kemunculan, durasi lama waktunya, hingga intensitas yang dirasakan berbeda-beda pada setiap orang. Gejala lain yang bisa dialami meliputi:
- Suasana hati yang sedih, cemas, perasaan kosong yang bertahan lama
- Perasaan putus asa atau pesimis
- Perasaan bersalah, tidak berharga, atau tidak berdaya
- Perasaan mudah tersinggung atau gelisah
- Masalah dalam berkonsentrasi, mengingat detail, dan membuat keputusan
- Kehilangan energi
- Sulit tidur atau tidur terlalu banyak
- Makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan
- Pikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri
- Sakit atau nyeri yang tidak membaik dengan pengobatan
Sementara itu, depresi pasca melahirkan tidak dapat disamakan dengan baby blues. Depresi ini memiliki gejala dengan intensitas yang lebih berat serta menetap dalam waktu yang lebih lama. Pada prinsipnya, gejala depresi pasca melahirkan sama saja dengan gejala-gejala depresi yang sudah ada di atas, hanya saja juga mungkin untuk menimbulkan manifestasi gejala seperti berikut:
- Menangis lebih sering dari biasanya
- Perasaan marah
- Menarik diri dari orang-orang yang dicintai
- Merasa jauh dari bayi sendiri
- Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri maupun bayi sendiri
- Meragukan kemampuan untuk merawat bayi
Baca Juga: NIPT: Tes Prenatal yang Penting Dilakukan untuk Ibu Hamil
Depresi saat hamil dan pasca melahirkan umum terjadi dan dapat disembuhkan
Memasuki ritme baru kehidupan sebagai ibu hamil ataupun ibu dengan bayi merupakan keadaan yang menantang bagi setiap wanita, sehingga wanita berhak untuk mendapatkan dukungan orang sekitar. Jika kamu yang sedang hamil atau baru melahirkan berpikir bahwa mungkin mengalami depresi, jangan segan untuk menemui layanan kesehatan sesegera mungkin. Apabila gejala yang dialami tidak mereda dalam beberapa waktu atau kondisi mental ibu yang kurang stabil, psikiater mungkin akan dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan ini. Sebagian besar orang menjadi lebih baik dengan melakukan pengobatan dan mendapatkan bantuan. Melalui hal ini tentunya akan bermanfaat tak hanya bagi ibu saja, melainkan bagi kebaikan janin ataupun bayi juga.
Sebagai kesimpulan, proses menjalani masa sejak hamil hingga setelah melahirkan merupakan hal yang tak mudah. Selain menjaga kesehatan fisik, keadaan kondisi mental yang baik juga tak kalah penting. Jika kamu melihat adanya gejala depresi saat sedang atau setelah melahirkan segera temui psikiater. Sehingga nantinya dokter psikiater bersama kamu dapat mendiskusikan keputusan perawatan terbaik bagi kamu dan bayi kamu.
Berbagai pemeriksaan kesehatan untuk ibu hamil tersedia di Bumame
Bagi ibu hamil, Bumame menyediakan paket pemeriksaan Ibu & Anak, TORC, HIV, dan berbagai tes penunjang kehamilan lainnya. Medical Check Up bisa diakses dari rumah dengan gratis biaya transportasi dan gratis konsultasi dokter. Tidak hanya itu saja, Bumame juga menyediakan skrining kehamilan NIPT by NIFTY untuk mendeteksi kelainan genetik pada janin dalam kandungan. Untuk informasi lebih lanjut, kamu bisa menghubungi customer care Bumame.
Ditulis oleh: Nabila Alsya Dwi Nirvana S.Ked